Senin, 24 Oktober 2016

Potret Buruk Konflik Suriah



                                                                                                            Ciputat, 24 Oktober 2016
Potret Buruk Konflik Suriah
Rahmiwati[1]

            Republik Arab Suriah atau Syiria adalah sebuah negara di Asia Barat. Sebelah Barat berbatasan dengan Lebanon dan Laut Mediterania. Utara berbatasan dengan Turki. Timur berbatasan dengan Irak. Barat daya berbatasan dengan Yordania selatan, dan Israel dan beribukotakan Damaskus.
Damaskus sendiri dikenal sebagai kota pelajar dan sepanjang sejarah kekhalifahan Islam, Damaskus telah banyak melahirkan ulama besar seperti; Hafiz Abdul Aziz At-Timiy, Hafiz Abu Zar`ah tokoh hadis terkemuka Syekhul Islam Ibn Taymiah, Ibn `Asakir, Abu Syamah, Ibn Katsir, Ibn Malik, Ibn Syathir, Rashid, Ibnu Baythar dan Ibnu Nafis.
Penduduk Suriah terdiri dari berbagai etnis dan agama. Keseluruhan penduduknya berjumlah sekitar 22.500.000 Jiwa. Muslim Sunni di Suriah merupakan mayoritas. Jumlah mereka sekitar (lebih dari 70 %) atau sekitar 16,2 juta / 16.200.000 Jiwa, terdiri dari : Sekitar 59-60 % atau 13.500.000 Jiwa adalah Sunni etnis Arab , sekitar 9 % atau 2.025.000 adalah Sunni etnis Kurdi, sekitar 3 % atau 675.000 adalah Sunni etnis Turkomen. Syi'ah di Suriah hanya sekitar 13 % atau 2,9 juta (2.925.000 Jiwa), yang terdiri dari berbagai aliran Syi'ah, antara lain Alawit, Syi'ah Itsna Asyariyah, Ismailiyah dan lainnya. Kristen sekitar 10 % atau 2.250.000 Jiwa, dimana mayoritas adalah Antiokhia Ortodoks, sisanya termasuk Katolik Yunani, Assyria Gereja Timur, Armenia Ortodoks, Protestan dan lainnya. Dan terakhir adalah Druze sekitar 3 % atau 500.000 jiwa yang berkonsentrasi terutama di daerah selatan Jabal al-Druze. Al-Dzarazi, sebuah komunitas keagamaan di Timur Tengah.
Kini, penduduk Suriah juga merasakan beratnya hidup di bawah dua rezim diktator yang kekejamannya menyamai Namrudz dan Fir’aun. Selama lebih dari 40 Tahun, penduduk Suriah di bawah rezim Asadain (dua Asad), Hafidz Asad dan Basar Asad. Selama masa itu, berbagai penderitaan melanda mereka. Hingga kini tidak kurang dari 4 juta warga Suriah mengungsi ke negeri Tetangga. Libanon, Yordania, Turki hingga ke Eropa, seperti Islandia dan Yunani. Puncaknya, masyarakat dunia ditarik perhatiannya pada Alain Kurdi. Sosok balita yang ditemukan di pinggiran Pantai Turki dalam keadaan tidak bernyawa.
Konflik Suriah tumbuh semenjak protes kebangkitan dunia Arab (pemberontakan Arab) tahun 2011, dan meningkat ke konflik bersenjata untuk memprotes dan menekan pengunduran diri Bashar al-Assad dari bangku pemerintahan Suriah.
Menurut sumber http://www.muslimedianews.com/2015/04/panduan-memahami-konflik-berdarah-timur.html , konflik yang terjadi di Suriah merupakan Propaganda yang dibuat oleh AS dan Israel. Sudah bukan rahasia lagi, rezim Assad Suriah adalah sekutu kuat Rusia selain Iran di Timur tengah, dan dalam upaya melemahkan Suriah, Amerika Serikat tidak segan-segan memberikan pendanaan yang besar dan persenjataan kepada Teroris Al-Qaeda yang dikemas menjadi “Pemberontak Suriah Penjuang Demokrasi”. Dunia juga telah mengetahui bahwa pemberontak Suriah tidak lain adalah teroris Al-Qaeda sejak tahun 2012. Al-Qaeda membentuk Al-Nusra Front, sayap militer khusus untuk memerangi rezim Assad sejak 23 Januari 2012.
Menurut Prof. Dr. Seyyed Mofid Hoseini ketika memberikan kuliah umum di auditorium SPS UIN Jakarta pada hari Selasa 18 Oktober 2016, Konflik Suriah adalah propaganda yang dibuat oleh Israel dengan bantuan Amerika Serikat. Bentuk propaganda yang dilakukan oleh Israel dan As mengatakan bahwasannya konflik Suriah adalah konflik Sunni dan Syi’ah. Dalam media http://www.antaranews.com/berita/558386/penuturan-rakyat-suriah-yang-dukung-presiden-bashar Media-media baratlah yang menyebarkan propaganda. Mereka menggiring opini masyarakat dunia bahwa pertikaian yang terjadi di Suriah adalah konflik Sunni- Syi’ah. Kenyataannya di Suriah, di bawah kepemimpinan Bashar al-Assad, pemeluk berbagai aliran agama di Suriah dapat hidup rukun dan saling menghormati satu sama lain.
Mentri Penerangan Suriah, Omran Ahed al-Zouabi menegaskan di Suriah tidak terjadi konflik Sektarian (konflik Agama karena perbedaan kelompok dan Politik). Suriah terkena serangan teroris dan itu dipimpin oleh ISIS, Nusra, Jaiz Islam dan banyak lagi nama yang masih bersangkutan dengan al-Qaeda. Selain hal itu, Suriah juga mendapatkan tekanan politik dan ekonomi. Suriah di embargo oleh Amerika, negara-negara Eropa maupun Arab.
Sementara itu, ketua Ikatan Ulama Suriah, Dr Taufiq Ramadhan al-Buthi mengatakan media-media barat memfitnah Suriah dengan melaporkan pemberitaan yang tidak sesuai dengan keadaan Suriah. Beliau mengatakan “Mereka melakukan propaganda karena mereka ingin menghancurkan Suriah. Al-Jazeera dan TV Arabiya berhasil memberitakan kondisi Suriah yang tidak sebenarnya. Kedua Stasiun TV tersebut masing-masing dimiliki oleh Qatar dan Saudi Arabia”. Lebih lanjut beliau menbuktikan “Contoh pemberitaan Al-Jazeera yang tidak seimbang. Waktu itu saya mengajar di Universitas Damaskus. Saat pulang saya ditanya putra saya mengenai apa yang terjadi di kampus katanya ada demo besar. Saya jawab tidak ada demo besar hanya ada 35 siswa yang demo. Sedangkan semua mahasiswa ada 30 ribu orang”.
Semua tragedi yang terjadi di Suriah propaganda barat untuk mendukung cita-cita berdirinya negara Israel yaitu mewujudkan Israel Raya di Timur Tengah. Sesungguhnya proyek Israel raya ini sudah terbentuk jauh sebelum negara Israel terbentuk, dan proyek Israel Raya ini benar-benar dilaksanakan semenjak Israel meminta tanah di Palestina dan PBB meng-aminkannnya pada tahun 1948.
Propaganda Barat (AS) dan Israel ini telah melahirkan penderitaan bagi bangsa Suriah. Ratusan ribu jiwa rakyat sipil melayang terjepit ditengah penanganan dingin dan kejamnya rezim Assad dan kebiadaban teroris pemberontak yang melakukan pembersihan etnis dan genosida, sebuah tragedi kemanusiaan yang belu terlihat tanda-tanda akan usai.
Oleh karena itu, Konflik yang terjadi di Suriah, Timur Tengah pada umumnya tidak pernah benar-benar karena Agama. Mungkin bisa disimpulkan, Agama dijadikan kedok, menimbang begitu banyaknya aspek dan kepentingan yang memutar “roda darah” konflik Timur Tengah. Untuk kita penikmat media massa, mulailah kritis menyerap setiap berita yang kita terima. Untuk kita sebagai seorang muslim, jika perang sudah terjadi di bumi Syam (Syiria, Yordania, Palestiana dan Libanon), suatu bukti nyata bahwa dunia sudah diujung kehancuran, akhir zaman hanya menunggu waktu.





[1] Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta dan Anggota KMM Ciputat

Senin, 08 Juni 2015

balaghah- Majas

PENDAHULUAN
            Secara ilmiah, balaghah merupakan suatu disiplin ilmu yang berlandaskan pada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar di antara macam-macam uslub.
            Ketika kita belajar ilmu balaghah (bayan), kita akan bertemu dengan yang namanya tasbih, majaz, dan kinayah.
            Dalam makalah ini, saya akan membahas tentang isti’arah di dalam QS Ibrahim ayat 1 yang berbunyi:
كِتبٌ اَنْزَلْنهُ اِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمتِ اِلَى النُّوْرِ..(ابراهيم:1)
Artinya: (ini adalah) kitab yang kami turunkan kepada kamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang...(Qs. Ibrahim:1)
            Dalam makalah ini, saya akan membahas tentang majaz. Cakupannya meliputi majaz lughawi dan majas aqli. Dalam makalah ini saya sebagai penulis lebih menitik beratkan penulisan kepada majaz lughawi, yang mana majaz lughawi itu lebih banyak membahas tentang isti’arah.










PEMBAHASAN
A.     Majas (penyerupaan)
المجاس
 



العقلي
الغوي
                                                                                                                  
ماعلافتهاغيرالمشابهة
ماعلافتهاالمشابهة
                                                                                                                  
المجاس المرسل(المفردة )
المجاس المرسل(المركب )
الإستعارة(المفردة)
الإستعارة المركبة (اتمثلية)
             
مجردة
تبعية
اصلية
مكنية
تصرحية
بإعتبار الملائمة
بإعتبار شالكلمة
بإعتبار الطرف
مرسهة
مشبه
مشبه به
فعل مشتق
إسم جامد
مشبه به
طراف
مشبه به
مطلقة
 










   Majas lughawi adalah lafadz yang digunakan dalam makna yang bukan seharusnya karena adanya hubungan (halaqah) disertai karinah yang menghalangi pemberian makna secara hakiki.
Hubungan antara makna hakiki dan makna majazi itu kadang-kadang karena adanya keserupaan dan lain dari itu. Karinah itu ada kalanya lafdziyah dan ada kalanya haliyah.
            Majas itu disebabkan oleh dua hal:
1.      Halaqah
Hubungan kesamaan antara makna asli dan makna majazi
2.      Karinah
Lafadz yang menghalangi arti dan kata asli
Karinah                     lafdziyah      dilihat dari lafadznya
                                 Haliyah      berdasarkan keadaan/ kenyataan yang empiris

   Keterangan bagan:
o   Isti’aarah adalah tasybih yang dibuang salah satu tharafnya. Oleh karena itu, hubungan antara makna hakiki dan makna majazi (halaqah) adalah musyabahah selamanya.
o   Dikatahkan isti’aarah mufradah apabila mainnya di kata dan salah satu tharafnya tidak disebut. Jadi, kalau isti’aarah mufradah, kita dapat melihat  dari lafadznya.
o   Dikatakan isti’aarah tamtsiliyyah (murakab) apabila susunan kalimat yang digunakan bukan pada makna aslinya karena ada hubungan keserupaan (antara makna asli dan makna majazi) disertai adanya karinah yang menghalangi pemahaman terhadap kalimat tersebut dari makna aslinya. Artinya, isti’arah murakkab ini dapat dilihat dari keseluruhan kalimatnya, bukan dari lafadznya.
o   isti’aarah mufradah ini dapat dilihat pada tiga tempat:
a.       Jika dilihat dari tharafnya dibagi atas 2:
·        Tashrihiyyah
Isti’aarah yang musyabah-bihnya ditegaskan dan salah satu tharafnya dibuang
·        Makniyyah
Isti’aarah yang musyabah-bihnya dibuang dan sebagai isyarat ditetapkan salah satu sifat khasnya
b.      Jika dilihat dari kalimahnya  dibagi atas 2:
·        Ashliyyah
Isim (kata benda) yang dijadikan isti’aarah berupa isim jamid
·        Taba’iyyah
Apabila lafadz yang dijadikan isti’aarah berupa isim musytaq atau fi’il
c.       Jika dilihat dari malaimahnya dibagi atas 3:
·        Murasysyahah
Isti’aarah yang disertai penyebutan kata-kata yang relevan dengan musyabah-bih (sisa kalimat sesuai dengan musyabah-bih)
·        Mujarradah
Isti’aarah yang disertai penyebutan kata-kata yang relevan dengan musyabah (sisa kalimat sesuai dengan musyabah)
·        Muthlaqah
Isti’aarah yang tidak disertai penyebutan kata-kata yang relevan dengan musyabah mapun musyabah-bih (tidak ada sisa kalimat yang relevan)
Isti’aarah murasysyahah lebih baligh dari pada isti’aarah muthlaqah. Isti’aarah muthlaqah lebih baligh dari pada isti’aarah mujarradah.

B.     Nilai  isti’aarah di dalam ilmu balaghah
Nilai isti’aarah dalam balaghah lebih besar daripada tasybih yang baligh itu sekalipun disusun atas anggapan bahwa musyabah dan musyabah-bihnya sama, tapi tasybihnya tetap disengaja dan terlihat. Berbeda dengan isti’aarah, padanya tasybih diabaikan lagi tersembunyi.
Adapun nilai isti’aarah dilihat dari segi rekayasa dan keindahan berilusi dan pengaruhnya dalam jiwa para pendengarnya adalah adanya kesempatan yang luas untuk berkreasi dan adanya arena lomba bagi para pakar sastra.
Keistimewaan isti’aarah adalah tidak kelihatan bahwa sesungguhnya isti’aarah itu adalah tasybih. Seakan-akan ketika menggunakan isti’arah kita tak pernah menduga bahwa kita telah menggunakan tasybih. Hal ini dikarenakan, isti’aarah lebih baligh daripada tasybih karena pada isti’aarah salah satu tharafnya dibuang. Atau, pada hakikatnya, isti’aarah dan tasybih itu sama, Cuma isti’aarah lebih baligh daripada tasybih karena salah satu tharafnya tidak disebut.

C.     Isti’aarah dalam Qs Ibrahim ayat 1
Isti’aarah yang terdapat dalam Qs Ibrahim ayat 1 yang berbunyi:

كتب انزلنه إليك لتخرج الناس من الظلمت الى النور...

Artinya: (ini adalah) kitab yang kami turunkan kepada kamu supaya kamu      mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang...(Qs. Ibrahim:1)
Pada ayat diatas terdapat majaz lughawi, yaitu kata yang digunakan bukanlah pada makna aslinya. Pada ayat diatas bisa kita lihat pada lafadz azhzhulumaat dan annur. Azhzhulumat pada makna hakiki, gelap. Tapi, pada lafadz ini yang diinginkan adalah makna majazinya yakni kesesatan. Dan pada lafadz annur, makna hakikinya adalah cahaya, tapi makna yang diinginkan adalah makna majazi yaitu petunjuk, hidayah dan iman.
 Halaqah antara makna hakiki dan makna majazi adalah adanya keserupaan antara gelap dan kesesatan dan juga cahaya dengan petunjuk dan hidayah. Dan karinahnya adalah haliyah. Kenapa haliyah? Hal ini dikarenakan pada lafadz ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang berada dalam kegelapan itu adalah orang yang berada dalam kesesatan, dan ketika Allah menurunkan kitabnya melalui Rasulullah, manusia perlahan mulai mendapatkan cahaya, yaitu petunjuk dan hidayah.
Apabila kita perhatikan majaz diatas, maka kita dapatkan bahwa setiap majaz itu mencakup sebuah tasybih yang darinya dibuang musyabahnya, dan sebagai gantinya didatangkan musyabah-bih dengan dakwaan bahwa musyabah bih adalah musyabah itu sendiri. Majaz ini disebut isti’arah, dan karena musyabah-bihnya dalam majaz ini disebut dengan tegas, maka isti’arahnya disebut isti’aarah tashrihiyah.


SIMPULAN
Majaz lughawi adalah lafadz yang digunakan bukan pada makna seharusnya karena adanya hubungan (halaqah) disertai karinah yang menghalangi pemberian pada makna hakiki.
Di dalam isti’arah harus ada halaqah dan karinah (sesuatu yang menghalangi pemberian makna hakiki).
Adapun keistimewaan isti’aarah adalah tidak kelihatan bahwa sesungguhnya isti’aarah itu adalah tasybih.