PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Ilmuan Islam sejak dini telah mencurahkan
perhatian sangat besar terhadap pemeliharaan al-Qu’ran agar terhindar dari
distorsi, baik bacaan maupun makna. Diantara upaya yang mereka lakukan adalah
medeskripsikan makhraj dan sifat bunyi-bunyi al-Qur’an dengan sangat detail,
melebihi deskripsi yang dilakukan ilmuan lain sampai sekarang. Ilmu bunyi
al-Qur’an tersebut mereka populerkan dengan nama ilmu tajwid dan ilmu qiraat.
Linguis arab juga tidak ketinggalan dalam
pengkajian bunyi. Khalil bin Ahmad menyusun sebuah kamus bahasa Arab yang
entrinya disusun berdasarkan makhraj bunyi yang terjauh ditenggorokan.
Dipihak lain, Ibnu Jinni dalam bukunya Sirr
Ash-Shina’at Al-I’rab, memeperkenalkan organ bicara; makhraj; sifat-sifat
bunyi; vocal panjang dan pendek; dan berbagai fenomena bunyi, seperti tebal
tipis qalqalah.[1]
2.
Tujuan Penulisan
a.
Pengertian
makharijul huruf
b.
Mengidentifikasi
tempat artikulasi konsonan
c.
Mengidentifikasi
tempat artikulasi vocal
d.
Mengidentifikasi
tempat artikulasi semi vocal
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Makharijul Huruf
Menurut ulama tajwid dan fonetik Arab, Makhraj adalah
tempat tertentu disaluran udara yang mengalami pengejangan lebih keras dari
yang lain dan merupakan tempat penuturan suatu konsonan.[2]
Menurut ulama fonetik
asing makhraj adalah tempat di organ bicara yang lebih menitik beratkan pada
organ bicara aktif yang difungsikan akan menghambat atau menekan saluran udara
ketika mengartikulasikan sebuah konsonan. Oleh sebab itu, mereka mendefinisikan
makhraj itu sebagai tempat dua organ bicara yang bekerja sama, yang satu aktif
dan yang satu lagi pasif.[3]
2.
Mengidentifikasi tempat artikulasi konsonan
Konsonan adalah bunyi
yang udaranya keluar dari hidung ketika diartikulasikan atau bunyi yang
udaranya keluar dari samping kiri atau kanan mulut. Konsonan dapat berupa bunyi
letupan, bunyi geseran, bunyi bersuara, dan bunyi tidak bersuara.[4]
Ulama tajwid dan
fonetik Arab merinci makharijul huruf menjadi sebelas makhraj konsonan,
yaitu:
a.
Konsonan
bilabial ( (شفتانيّةartinya
dua bibir terdiri atas ,م ,وdan ب
Bibir bawah
bekerja sama dengan bibir atas untuk menghambat udara yang datang dari
paru-paru.
b.
Konsonan
labio-dental (شفويّة أسنانيّة) terdiri
atas ف
Labio artinya
bibir, sedangkan dental artinya gigi. Bibir bawah bekerja sama dengan gigi atas
untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.
c.
Konsonan
apiko-interdental (طرف اللّسان و بين اللأسنانيّة) yang terdiri atas ذ,ظ dan ث
Apiko artinya
ujung lidah, interdental artinya antara dua gigi. Ujung lidah bekerja sama
dengan tengah-tengah gigi untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.
d.
Konsonan
apiko-dental (طرف اللّسان و أصول الأنسان) terdiri atas ن ,ط ,د ,ض ,لdanت
Dental artinya
gigi. Ujung lidah bekerja sama dengan gigi atas untuk menghambat udara yang
datang dari paru-paru.
e.
Konsonan
apiko-alveolar (طرف اللسان و اللّثة) terdiri atas ز ,ص , س dan ر
Alveolar artinya
gusi. Ujung lidah bekerjasama dengan gusi untuk menghambat udara yang datang
dari paru-paru.
f.
Konsonan
apiko-palatal (طرف اللسان والحنك الصلبي)
terdiri atasش dan ج
Palatal artinya
langit-langit keras. Ujung lidah bekerjasama dengan langit-langit keras untuk
menghambat udara yang datang dari paru-paru.
g.
Konsonan
mediopalatal (وسط اللسان والحنك الصلبي) terdiri atas ي
Medio berarti
tengah lidah. Bagian tengah lidah bekerjasama dengan langit-langit keras untuk
menghambat udara yang datang dari paru-paru.
h.
Konsonan
dorso-velar (مؤخر اللسان والحنك اللين)
terdiri atasغ ,خ dan
ك
Dorso berarti
bagian belakang lidah, sedangkan velar berarti langit-langit lunak. Bagian
belakang lidah bekerjasama dengan langit-langit lunak untuk menghambat udara
yang datang dari paru-paru.
i.
Konsonan
dorso-uvular (مؤخر اللسان واللهاة) terdiri atas ق
Uvular artinya
tekak atau anak lidah. Bagian belakang lidah bekerjasama dengan anak lidah
untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.
j.
Konsonan
faringal (الحلقية) terdiri atasع dan ح
Faringal
berarti tenggorokan. Bagian belakang lidah bekerjasama dengan tengorokan untuk
menghambat udara yang datang dari paru-paru.
k.
Konsonan
glotal (الحنجرية) terdiri atas ء dan ه
Glotal berarti
kerongkongan. Pita suara kanan bekerjasama dengan pita suara kiri untuk
menghambat udara yang datang dari paru-paru.[5]
3.
Mengidentifikasi tempat artikulasi vocal
Vokal adalah termasuk
bunyi yang bersuara, yang terjadi dengan penerobosan terhadap klep pita suara
melalui tekanan, sedangkan dalam pembentukkannya, udara yang datang dari
paru-paru tidak mendapat hambatan di kerongkongan dan rongga mulut dan tidak
mendapatkan penyempitan di saluran udara yang mengakibatkan adanya geseran.
Vokal dalam bahasa Arab adalah fathah (a), kasrah (i) dan dhammah
(u). [6]
Enam vokal Arab dapat
dideskripsikan sesuai dengan standar vokal yang dibuat oleh Daniel Jones
sebagai berikut.
1)
Kasrah
pendek =/depan/tinggi/melebar/pendek/
2)
Kasrah
panjang =/depan/tinggi/melebar/panjang/
3)
Fathah
pendek =/depan/rendah/netral/pendek/
4)
Fathah
panjang =/depan/rendah/netral/panjang/
5)
Dhammah
pendek =/belakang/tinggi/membulat/pendek/
6)
Dhammah
panjang =/belakang/tinggi/membulat/panjang/
1)
vokal
I
vokal ini dibentuk
dengan menaikkan bagian depan lidah kearah langit-langit setinggi mungkin,
dengan catatan bahwa udara yang keluar tidak sampai menghasilkan bunyi aspirasi
yang jelas. Dengan kata lain, apabila lidah naik sedikit lagi, maka tempat
keluar udara akan menjadi sempit sehingga akan menghasilkan bunyi y.
vokal ini menghasilkan sebuah bunyi yang diberi lambang i. vokal ini dideskripsikan dengan
/depan/tinggi/membentang/pendek/.
2)
vokal
II
vocal ini dibentuk
seperti vokal I. meskipun begitu tetapi ada perbedaannya. Pada vokal I, waktu
menurunkannya pendek; sementara pada vokal II, waktu menurunkannya dua kali
lebih lama dari pada menurunkan vocal II,
waktu menuturkannya dua kali lebih lama daripada menuturkan vocal I.
vocal ini dideskripsikan dengan /depan/tinggi/membentang/panjang/.
3)
vokal
III
vokal ini dibentuk
dengan menurunkan bagian depan lidah ke arah dasar mulut serendah mungkin,
sedangkan bibir berada dalam posisi netral.
vokal ini menghasilkan vokal yang diberi lambang a dan
dideskripsikan dengan /depan/rendah/netral/.
4)
Vokal
IV
Vocal ini dapat dibentuk seperti
vocal III. Pada vocal III, waktu menuturkannya pendek;sementara vocal IV, waktu
menuturkannya dua kali lebih lama. Vokal ini dideskripsikan dengan
/depan/rendah/netral/panjang/.
5)
Vocal
V
Vocal ini dibentuk
dengan menaikan bagian belakang lidah ke arah langit-langit setinggi mungkin,
dengan catatan udara yang keluar tidak sampai menghasilkan bunyi aspirasi yang
jelas. Vocal ini menghasilkan bunyi yang diberi lambang u dan
dideskripsikan dengan /belakang/tinggi/membulat/.
6)
Vocal
VI
Vocal ini dibentuk seperti vocal V.
pada vocal v, waktu menuturkannya pendek; sementara vocal VI waktu
menuturkannya lebih lama daripada menuturkan vocal V. vocal ini dideskripsikan
dengan /belakang/tinggi/membulat/panjang/.[7]
4.
Mengidentifikasi tempat artikulasi semivocal
Semivocal adalah bunyi yang ketika
hendak dituturkan, organ bicara telah mengambil posisi seperti hendak
menuturkan sebuah vocal tertentu, kemudian dengan cepat organ bicara tersebut
mengubah posisi seperti akan menuturkan sebuah vocal lain, realitanya bunyi
yang lahir bukan yang pertama dan bukan
yang kedua, tetapi bunyi yang lain.[8]
Mengingat cara menuturkannya yang
mirip dengan penuturan vokal, maka ulama memberinya nama dengan semivokal (و-ي) termasuk konsonan, dimana dia mempunyai
makhraj yang merupakan titik penghambatan terhadap arus udara yang datang dari
paru-paru.[9]
Berikut ini deskripsi dari dua semivokal dalam bahasa Arab:
1)
Waw
(و)
Untuk memproduksi semivokal ini,
organ bicara mengambil posisi seperti akan menuturkan sebuah vocal (u),
tetapi dalam waktu yang sangat cepat organ bicara tersebut mengubah posisi
seolah-olah hendak menuturkan vocal lain (a).
Saluran udara ke rongga hidung
tertutup sehingga semua udara keluar dari rongga mulut. Oleh karena itu,
semivokal ini dideskripsikan dengan: /bilabial/semivokal/bersuara.
Sebagian ulama mengatakan bahwa
organ bicara yang bekerja sama
menghambat udara yang datang dari paru-paru adalah pangkal lidah naik
kelangit-langit lunak, mirip seperti menuturkan kha, ghain, dan kaf. oleh
sebab itu, semivokal ini dideskripsikan dengan:
/dorsovelar/semivokal/bersuara/.
2)
Ya (ي)
Untuk memproduk semivokal ini, organ
bicara mengambil posisi seperti akan menuturkan sebuah vocal (i), tetapi
dalam waktu yang sangat cepat organ bicara tersebut mengubah posisi seolah-olah
hendak menuturkan sebuah vocal lain (a) .
Saluran udara ke rongga hidung
tertutup sehingga semua udara keluar dari rongga mulut. Oleh karena itu,
semivokal ini dideskripsikan dengan: /mediopalata/semivokal/bersuara/.
SIMPULAN
1)
Makharijul
huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf. Sedangkan Makhraj adalah tempat di
organ bicara yang lebih menitik beratkan pada organ bicara aktif yang
difungsikan akan menghambat atau menekan saluran udara ketika mengartikulasikan
sebuah konsonan. Oleh sebab itu, mereka mendefinisikan makhraj itu sebagai
tempat dua organ bicara yang bekerja sama, yang satu aktif dan yang satu lagi
pasif.
2)
Konsonan
adalah bunyi yang udaranya keluar dari hidung ketika diartikulasikan atau bunyi
yang udaranya keluar dari samping kiri atau kanan mulut. Konsonan dapat berupa
bunyi letupan, bunyi geseran, bunyi bersuara, dan bunyi tidak bersuara.
3)
Vokal
adalah termasuk bunyi yang bersuara, yang terjadi dengan penerobosan terhadap
klep pita suara melalui tekanan, sedangkan dalam pembentukkannya, udara yang
datang dari paru-paru tidak mendapat hambatan di kerongkongan dan rongga mulut
dan tidak mendapatkan penyempitan di saluran udara yang mengakibatkan adanya
geseran.
4)
Semivocal
adalah bunyi yang ketika hendak dituturkan, organ bicara telah mengambil posisi
seperti hendak menuturkan sebuah vocal tertentu, kemudian dengan cepat organ
bicara tersebut mengubah posisi seperti akan menuturkan sebuah vocal lain,
realitanya bunyi yang lahir bukan yang pertama dan bukan yang kedua, tetapi bunyi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. Fonologi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Sayuti, Ahmad. Fonetik &
fonologi Alquran. Jakarta: AMZAH, 2012
Sayuti, Ahmad. Bunyi Bahasa.
Jakarta: AMZAH, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar