BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Sejarah
Islam telah mencatat bahwa hingga saat ini terdapat dua macam aliran dalam
islam, diantaranya Ahlussunnah (Sunni) dan syi’ah. Dua aliran islam yang sering
terjadi konflik. Seperti yang terjadi di Negara Iran yang rata-rata penduduknya
beraliran Syi’ah dengan Libanon yang beraliran Sunni.
B. Perumusan Masalah
·
Pengertian
Syi’ah
·
Sejarah
timbulnya aliran Syi’ah
·
Sekte-sekte
Syi’ah
·
Penjelasan
singkat tentang madzhab Syi’ah Dua Belas
·
Perpecahan
Kaum Syi’ah dan sebabnya
·
Pokok-pokok
ajaran Syi’ah
·
Pokok
pokok ajaran Syi’ah dilihat dari beberapa hal
·
Tokoh-tokoh ajaran Syi’ah
C.
Prosedur
Penyusunan Makalah
Semua data-data yang berhubungan langsung dengan
pembahasan ini dikumpulkan dari buku-buku dan sumber-sumber lain yang bisa
dipercaya dan diserap sedemikian rupa untuk dijadikan referensi dalam
penyusunan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Syi’ah.
Kata Syi’ah menurut pengertian bahasa secara
umum berarti kekasih, penolong, pengikut dan lain-lainnya, yang mempunyai makna
membela suatu ide atau membela
seseorang, seperti khizb (partai) dalam pengertian modern.[1] Sebagai
contoh: Syi’ah Muhammad artinya pengikut Muhammad atau pecinta Muhammad atau
kelompok Muhammad.
Perlu diketahui ketika Zaman Rasulullah,
Syiah-syi’ah atau kelompok-kelompok yang ada sebelum Islam, semuanya
dihilangkan oleh Rasulullah. Sebagaimana Rasulullah diutus untuk mempersatukan
umat dan bukan untuk membuat kelompok-kelompok atau Syi’ah ini Syi’ah itu. Allah
berfirman dalam Qs. Al imran 103, yang artinya:“ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai (kelompok-kelompok)” .
Tapi
setelah Rasulullah wafat, benih-benih perpecahan mulai ada, sehingga saat itu
sudah ada kelompok-kelompok atau Syi’ah-syi’ah yang mendukung seseorang yang
sifatnya politik.
Misalnya
sebelum Abu Bakar dibaiat sebagai khalifah, pada waktu itu ada satu kelompok
dari kaum Anshor yang berusaha mengangkat Saad bin Ubadah sebagai khalifah.
Tapi, karena disepakatinya Abu Bakar sebagai khalifah maka bubarlah kelompok
itu.
Begitu
pula setelah Ali dibaiat menjadi khalifah, pergolakan itu datang lagi.
Pergolakan dari Muawiyah yang tidak setuju dengan pengangkatan Ali sebagai
khalifah, sehingga saat itu munculah kelompok Muawiyah atau Syi’ah Muawiyah dan
kelompok Ali atau Syi’ah Ali.
Jadi
pada saat itu, istilah Syiah tidak hanya digunakan untuk kelompok Ali tapi
untuk kelompok Muawiyah juga.
Argumentasi
tersebut diperkuat dengan apa yang tertera dalam surat perjanjian antara Ali
dan Muawiyah, pada peristiwa tahkim ketika perang Shifin yang berbunyi:
هذا ما تقاضى عليه بن ابى طالب ومعاويه ابى سفيان وشيعتهما
(اصول مذهب الشيعه)
Ini
adalah apa yang telah disepakati oleh Ali bin abi thalib dan Muawiyah bin abi
sofyan dan kedua Syi’ah mereka. (usul Mazhab Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariah).
Dengan
demikian penyebutan kata kata Syi’ah pada saat itu memang sudah ada, tetapi ini
hanya dalam arti bahasa dan dasarnya hanya bersifat politik dan bukan landasan
aqidah atau madzhab.
Adapun
aqidah pada saat itu, baik Ali dan kelompoknya ataupun Muawiyah dengan
kelompoknya, mereka mengikuti apa yang dikerjakan dan diajarkan Rasulullah[2].
Dalam Al Qur’an kata Syi’ah berasal dari kosa
kata yang terdiri dari 3 huruf (syin-ya-ain) yang artinya memenangkan dan
memperkuat. Seperti dikatakan dalam ungkapan شا ع ا الخبر artinya berita itu telah tersebar, diketahui
oleh banyak orang lalu berita itu menjadi kuat.
Secara terminologi sekarang, Syi’ah berarti
kelompok yang mempunyai ikatan kebersamaan mendukung suatu ide, prinsip atau
tokoh. Dari pemahaman seperti itu, kata Syi’ah digunakan untuk menjuluki sekelompok
umat islam yang mencintai Ali secara khusus dan fanatik.[3]
B.
Sejarah Timbulnya Aliran Syi’ah
Kapan syi’ah
muncul?
Syi’ah
sebagai pengikut Ali bin ab thalib (imam pertama kaum Syi’ah) sudah muncul
semenjak Rasulullah SAW masih hidup. Hal ini dapat dibuktikan dengan
realita-realita berikut ini:
·
Ketika
Raulullah SAW mendapat perintah dari Allah untuk mengajak keluarga terdekatnya
masuk Islam, ia berkata kepada mereka: “Barang siapa di antara kalian yang siap
untuk mengikutiku, maka ia akan menjadi pengganti dan washiku setelah aku
meninggal dunia”. Tidak ada seorang pun diantara mereka yang bersedia untuk
mengikutinya kecuali Ali bin abi thalib. Sangat tidak masuk akal jika seorang
pemimpin dihari pertama ia memulai dakwah pertamanya mengatakan hal seperti
itu, tapi hal itulah yang diyakini oleh orang Syi’ah.
·
Berdasarkan
riwayat-riwaayat mutawatir yang dinukil oleh Ahlussunnah dan Syi’ah, Rasulullah
pernah bersabda bahwa Imam Ali terjaga dari setiap dosa dan kesalahan, baik
dalam ucapan maupun perilaku.
·
Imam
Ali adalah sosok figur yang telah berhasil menghidupkan Islam dengan
pengorbanan-pengorbanan yang telah dilakukannya. Seperti, ia pernah tidur
diranjang Rasulullah ketika Rasulullah akan pergi hijrah ke Madinah dan
kepahlawanannya di perang Badar, Uhud, Khandaq dan Khaibar.
·
Peristiwa
Ghadir Khum (pelantikan Ali sebagai Khalifah setelah Rasulullah, menurut orang
Syi’ah) adalah puncak keistimewaan yang dimiliki oleh Ali. Sebuah peristiwa
yang seandainya dapat direalisasikan sesuai dengan kehendak Rasulullah, maka
akan memberikan warna lain terhadap Islam.[4]
Pada
tahun 35 H terjadilah perselisihan antara khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah
bin Abu Sofyan. Orang-orang Yahudi dan Majusi menggunakan kesempatan tersebut
untuk memecah belah umat Islam dan akhirnya menimbulkan permusuhan antar mereka.
Mereka mengeksploitir kecintaan umat Islam kepada keluarga Nabi.
Biang
keladi timbulnya Syi’ah adalah seorang Yahudi dari Yaman, bernama Abdullah bin Saba’.
Ia masuk islam pada zaman khalifah ketiga, Usman bin Affan. Abdullah bin Saba’ menjunjung
tinggi Ali setinggi-tinnginya dan menyatakan bahwa Ali adalah Tuhan. Hal ini mengingatkan kita kepada kaum Yahudi
yang mengatakan bahwa Uzair adalah anak Tuhan, umat Kristen yang mengatakan Isa
al-Masih adalah anak Tuhan.
Dari Abdullah bin saba’ inilah muncul
bermacam-macam kelompok Syi’ah ekstrimis. Pengikut Abdullah bin saba’ percaya
kepada inkarnasinya bagian ketuhanan dalam para imam sesudah Ali. Mereka
percaya bahwa Ali tidak mati karena mengandung bagian dari ketuhanan. Ali-lah
yang membawa awan, halilintar adalah suaranya, dan kilat adalah alamatnya.
Kaum Syi’ah mengatakan bahwa Ali memiliki
sifat sifat ketuhanan seperti mengatur alam dan mengetahui hal yang ghaib. Orang
yang mempelajari riwayat hidup Abdullah bin saba’ akan menemukan bahwa ia
memilih jalan yang dipilih oleh Paulus ketika meninggalkan agama Yahudi dan memeluk
agama Masehi. Maksud dua orang itu sama yaitu, untuk mendapakan kepercayaan dan
setelah itu akan merusak, yaitu dengan dengan menimbulkan perpecahan dan
intrik.
Perbuatan
Abdullah bin Saba’ adalah program Yahudi yang tidak bertujuan menjatuhkan Usman,
akan tetapi bertujuan menyebar fitnah dan perpecahan umat islam, serta
kehancuran Islam dan umatnya. Orang orang Majusi telah memanfaatkan propaganda
Abdullah bin saba’ bagi keluarga Nabi Muhammad saw untuk menghidupkan kembali
akidah Majusi. Mereka mengatakan bahwa keluarga Rasulullah adalah bayangan
Allah di bumi, dan para Imam mereka adalah ma’shum (terpelihara dari melakukan
kesalahan), serta memiliki kebijaksanaan Tuhan dan memiliki derajat yang tinggi
bahkan melebihi Rasul-rasul yang penting.
Hal ini menunjukan bahwa bibit tasyayyu’ itu
disiram dengan air agama Yahudi dan Nasrani, serta di pelihara oleh mereka
sehingga besar, subur, berkembang dan bercabang cabang.[5]
C.
Sekte-sekte Syi’ah
“Cabang-cabang
Syi’ah sangat banyak, diantaranya:
·
Syi’ah
mukhlisin
·
Syi’ah Tafdhiliyah, mereka lebih mengutamakan
sahabat Ali lebih dari sahabat sahabat Nabi yang lain, tanpa mengkafirkan , memaki atau membenci.
·
Syi’ah
Saiyah atau Batraniyah mereka memaki sahabat Nabi dan mengatakan mereka itu
kafir dan musyrik.
·
Syiah
ghulat (ekstrim) mereka yang mengatakan bahwa Ali itu adalah Tuhan. Mereka itu
terbagi menjadi 24 kelompok:
1.
Assabaah,
yakni pengikut Abdullah bin Saba’ yang berkata bahwa Ali adalah Allah.
2.
Seperti kelompok pertama, tetapi dengan akidah
tambahan bahwa hubungan Amir dengan Tuhan seperti hubungan Almasih, mereka
setuju dengan kaum Nasrani bahwa sifat ketuhanan dan kemanusiaan menjadi Satu ,
kenabian dan kerasulan terus ada.
3.
Syarifiyah,
mereka mengatakan bahwa sifat ketuhanan dan sifat kemanusiaan berkumpul dalam
lima orang, Nabi Muhammad, Abbas, Ali, Ja’far dan Aqil.
4.
Bazi’iyah,
mereka menyatakan bahwa Ja’far sadiq itu Tuhan.
5.
Kamiliyah, mereka percaya bahwa roh itu
berganti badan (tanasukh), dan bahwa roh Tuhan bermula berada dalam tubuh Adam,
kemudian dalam tubuh anaknya dan seterusnya.
6.
Al-Mughiriyah,
mereka mengatakan bahwa Tuhan itu jisim, dan berupa manusia cahaya.
7.
Al-Janachiyah,
mereka mengatakan bahwa jiwa itu turun temurun, dan roh Tuhan itu mula mula dari
Adam, anak Adam , para Nabi, imam sehingga sampai kepada Ali dan ketiga anaknya.
Mereka tak percaya kepada hari kiamat.
8.
Al-Bayaniyah, mereka percaya Tuhan itu
berbentuk manusia dan akan rusak kecuali wajahnya, dan roh Tuhan itu berada
dalam tubuh Ali.
9.
Al-Mansuriyah, mereka berakidah bahwa
kerasulan itu tidak akan putus selama-lamanya, tak ada syurga dan neraka.
10.
Al-Ghamamiyah
atau Rabi’iyah, mereka percaya bahwa Tuhan itu turun pada musim semi dengan
bersembunyi di awan1.
11.
Al-Imamiyah,
mereka percaya bahwa Amir (penguasa) itu mitra Nabi dalam kenabiannya.
12.
Al-Khathabiyah,mereka
percaya bahwa imam imam itu Tuhan.
13.
Al-Tafwidhiyah,
mereka percaya bahwa Tuhan itu menciptakan Muhammad dan mempercayakan kepadanya
menciptakan dunia , dan Ali adalah mitra rasul dalam penciptaan itu.
14.
Al-Muammariyah,
mereka percaya bahwa Ja’far sidik adalah Nabi.
15.
Al-Ghurabiyah,
mereka mengatakan bahwa Ali lebih mirip dengan Muhammad dari pada gagak dengan
gagak.
16.
Al-Dhubabiyah,
mereka itu sebagian dari Al ghurabiyah, tetapi mereka menambah dan menyebutkan
kenabian Muhammad, dan menyebutkan bahwa Muhammad itu lebih mirip Tuhan.
17.
Al-Dhammiyah,
mereka dinamakan dham (mencela) karena
mereka mencela Nabi Muhammad, mereka percaya bahwa Ali itu Tuhan, dan Ali
mengutus Nabi Muhammad agar mengajak manusia percaya kepada Ali.
18.
Al-Athiniyah,
mereka percaya bahwa Muhammad adalah Tuhan
19.
Al-Khamsiyah,
mereka percaya bahwa Tuhan itu lima.
20.
Al-Nusairiyah
(sekarang ada di Syiria), mereka mengatakan bahwa Tuhan hidup dalam Ali dan anak anaknya.
21.
Al-‘Abaiyah,
mereka mengatakan bahwa dunia tak pernah sepi dari Nabi, dan Tuhan menjelma
dalam diri Ali.
22.
Al-Asmafiyah,
mereka mengatakan bahwa penguasa itu Tuhan, Amir itu lebih utama dari Nabi
Muhammad
23.
Ar-Razamiyah
24.
Al-Muqanna’iyah”.[6]
“Karena
kebanyakan kelompok kelompok Syi’ah sudah tidak ada lagi, maka kita akan
membahas dua kelompok besar yang masih ada, yaitu Syi’ah Imamiyah dan
Syi’ah Zaidiyah.
Dinamakan
Syi’ah imamiyah karena yang menjadi dasar aqidah mereka adalah soal
imam ( khalifah ). Mereka mengatakan bahwa Ali berhak menjadi khalifah,
bukan hanya karena kecakapannya atau sifat-sifat yang disebutkan oleh Nabi
Muhammad, akan tetapi karena telah disebutkan namanya oleh Rasulullah. Imam pertama adalah
Ali. Kemudian Hasan anak pertama dan Husein anak kedua. Mengetahui nama nama
mereka termasuk rukun iman. Jadi, karena Ali ditunjuk oleh Rasulullah mereka
menganggap Abu bakar dan Umar adalah orang yang merampas hak khalifah dan telah
bertindak zalim.
Kelompok Zaidiyah di Yaman adalah lebih moderat. Bagi mereka, Rasulullah tidak menyebut Ali dengan menunjuk
namanya, akan tetapi hanya dengan deskripsi. Bagi Zaidiyah, khalifah Abu
bakar dan Umar itu sah walaupun Ali lebih utama. kelompok Imamiyah yang
terpenting, adalah itsna’ asyriyah ( dua belas), karena bagi mereka imam
itu jumlahnya 12 orang seperti termaktub dalam genealogi. Yang pertama Ali,
Hasan, Husein, Ali bin husein (imam Zainal abidin), Al baqir, Ja’far bin sadiq,
Musa bin ja’far, Ali bin musa al ridho, Muhammad bin al taqy, Ali bin Muhammad,
Hasan bin al askari, Muhammad hasan bin al askari (imam mahdi), yang
menghilang tahun 260 H”.[7]
Di
dalam Syi’ah mereka mengenal mazhab Syi’ah dua belas. Mazhab Syi’ah dua belas
adalah mazhab Syi’ah yang paling moderat.
Penjelasan
Singkat Tentang Madzhab Syi’ah Dua Belas
“Masalah
Imamat adalah prinsip dasar yang pokok dalam madzhab Syi’ah dua belas. Bagi
mereka, masalah tersebut adalah seperti rangkaian kalimat la ilaha illa allah,
Muhammad Rasulullah. Barangsiapa yang tidak percaya kepada imamat, ia sama
dengan orang yang tidak percaya kepada kalimat syahadat.
Urutan
Ma’shum dimulai dari Ali r.a. menurut madzhab Syi’ah, Nabi Muhammad telah
mengumumkan Ali dan mengangkatannya untuk menjadi imam 80 hari sebelum ia
meninggal, yaitu ketika beliau pulang haji wada’, dan setelah Ali meninggal
diangkat anaknya Hasan, kemudian adiknya Husein, kemudian Ali bin hasan (imam
zainal abidin), kemudian anaknya imam Al baqir, kemudian anaknya Ja’far al
sadik, kemudian anaknya Musa bin ja’far, kemudian anaknya Ali bin musa al
ridha, kemudian anaknya Hasan bin ali al askari, dan akhirnya imam keduabelas
yaitu Muhammad bin hasan al askari (imam mahdi yang hilang, yang ditunggu
tunggu).
Menurut
akidah Syi’ah, Imam Mahdi tersebut dilahirkan 1150 tahun yang lalu, yakni tahun
255-256 H, kemudian hilang pada umur empat atau lima tahun. Menurut akidah itu,
ia masih hidup dalam suatu gua di suatu tempat, dan ia akan kembali pada suatu
waktu sebelum hari kiamat dengan membawa Quran yang asli. Menurut mereka mushaf
Usman (Quran sekarang) adalah Quran palsu.
Imam Mahdi yang di tunggu Syi’ah berbeda
dengan Imam Mahdi yang diyakini oleh Ahlussunnah. Imam Mahdi tersebut membawa
segala alat untuk menyiarkan petunjuk, membawa Quran Fatimah, ilmu jafr (ilmu
huruf) dan ilmu lain yang berfaedah yang khusus bagi imam.
Mereka
membaca kitab samawi dalam bentuk bahasa yang asli sebelum diturunkan kepada
nabi-nabi. Wahyu diturunkan kepada mereka tanpa perantara, mereka berhak menghalalkan
dan mengharamkan, mereka mengetahui yang telah ada, dan yang akan ada, dan
mereka tahu persis hal-hal yang khusus bagi Tuhan”.[8]
Perpecahan
Kaum Syia’h dan Sebabnya
Kaum
Syiah tidak merupakan kesatuan yang utuh lagi. Adapun sebab pecahnya adalah:
·
Karena
mereka berbeda dalam ajaran-ajaran mereka, ada yang mendewa-dewakan Imam mereka
dan mengkafirkan pihak lain, tetapi ada pula yang moderat dan hanya menganggap
keliru terhadap orang-orang yang mempunyai faham lain
·
Karena
keturunan Ali dan putranya banyak, maka sering terjadi perbedaan dalam
menentukan mana yang menjadi imam dan mana yang tidak”.[9]
D.
Pokok-pokok Ajaran Syi’ah
Pokok pokok
Ajaran Syi’ah dilihat dari beberapa hal:
“Perbedaan
pandangan dalam konsep Imamah (kepemimpinan) yang menjadikan sekte-sekte ini bermunculan.
Sebagaimana diketahui dalam kasus aliran Syiah, bahwa persoalan Imamah
merupakan salah satu doktrin Syi’ah yang tetap menjadi prinsip
Persoalan
pemimpin, mereka punya pandangan yang diyakini turun temurun. Berikut
penjelasannya dan beberapa doktrin lainnya yang terdiri atas masalah tauhid,
taqiyah, mut’ah, bada’, dan lain-lain
1.
Imamah
Syiah berpendapat, imam adalah dasar dari ajaran Islam, tidak sempurna iman seseorang kecuali dia harus percaya kepada imam. Bagi mereka imam sama kedudukan setingkat Nabi, bahkan ada yang mengatakan melebihi. Imam pun dipilih oleh nash Tuhan, maka seorang imam tentu dijaga dari segala kesalahan (ma’shum) seperti halnya Nabi. Maka jadilah Syiah begitu mensucikan dan mengagungkan imam mereka yang dipercaya mendapat wasiat Nabi untuk menggantikannya. Dan wasiat tersebut berisi pemindahan kepemimpinan kepada Ali bin abi thalib dan keturunannya yang terakhir. Begitulah Syiah berpendapat.
Syiah berpendapat, imam adalah dasar dari ajaran Islam, tidak sempurna iman seseorang kecuali dia harus percaya kepada imam. Bagi mereka imam sama kedudukan setingkat Nabi, bahkan ada yang mengatakan melebihi. Imam pun dipilih oleh nash Tuhan, maka seorang imam tentu dijaga dari segala kesalahan (ma’shum) seperti halnya Nabi. Maka jadilah Syiah begitu mensucikan dan mengagungkan imam mereka yang dipercaya mendapat wasiat Nabi untuk menggantikannya. Dan wasiat tersebut berisi pemindahan kepemimpinan kepada Ali bin abi thalib dan keturunannya yang terakhir. Begitulah Syiah berpendapat.
2.
Tauhid
Secara umum, Syiah mempercayai bahwa Tuhan mereka adalah Allah Swt. Hanya saja ada pandangan-pandangan mendasar dalam hal yang kemudian disebut dengan konsep Tauhid ini. Mereka percaya bahwa Allah adalah tunggal dan tidak ada sekutu. Berdoa hanya kepada Allah. Tetapi dalam Syiah, mereka kemudian menyebut-nyebut; wahai Ali.. wahai Husain.. dan keturunan Ali lainya saat berdoa. Mereka meminta-minta pada orang yang sudah meninggal yang dalam aliran Sunni sebagai aliran terbesar Islam dunia sebagai dosa.
Selain itu, Syiah juga tidak mengakui bahwa Allah bersifat maha mendengar dan melihat. Alasanya jika Allah demikian, maka Allah sama saja dengan manusia. Syiah juga meyakini Allah tidak bisa melihat hal-hal yang akan terjadi.
Secara umum, Syiah mempercayai bahwa Tuhan mereka adalah Allah Swt. Hanya saja ada pandangan-pandangan mendasar dalam hal yang kemudian disebut dengan konsep Tauhid ini. Mereka percaya bahwa Allah adalah tunggal dan tidak ada sekutu. Berdoa hanya kepada Allah. Tetapi dalam Syiah, mereka kemudian menyebut-nyebut; wahai Ali.. wahai Husain.. dan keturunan Ali lainya saat berdoa. Mereka meminta-minta pada orang yang sudah meninggal yang dalam aliran Sunni sebagai aliran terbesar Islam dunia sebagai dosa.
Selain itu, Syiah juga tidak mengakui bahwa Allah bersifat maha mendengar dan melihat. Alasanya jika Allah demikian, maka Allah sama saja dengan manusia. Syiah juga meyakini Allah tidak bisa melihat hal-hal yang akan terjadi.
3.
Bada'
Bada’ secara bahasanya munculnya pendapat baru. Dalam konteks terminologi, Syiah meyakini bahwa Allah mampu mengubah peraturan atau keputusan yang semula telah ditetapkan dan menggantinya dengan yang baru. Sederhananya, ilmu Allah itu dinamis karena bisa saja berubah-ubah sesui kebutuhan dan fenomena terkini.
Bada’ secara bahasanya munculnya pendapat baru. Dalam konteks terminologi, Syiah meyakini bahwa Allah mampu mengubah peraturan atau keputusan yang semula telah ditetapkan dan menggantinya dengan yang baru. Sederhananya, ilmu Allah itu dinamis karena bisa saja berubah-ubah sesui kebutuhan dan fenomena terkini.
4.
Taqiyah
Taqiyah merupakan tindakan menyembunyikan kebenaran dan menutupi keyakinannya dari orang-orang yang berbeda dengan Syiah. Tujuannya untuk menjaga dari marabahaya yang bisa saja menghampiri masalah harta, kekuasaan, dan juga aqidah.Taqiyah ini kemudian posisinya seperti Sholat. Jika dilanggar maka pelakunya berdosa dan jatuh menjadi kafir. Tidak melakukan Taqiyah, berarti belum sempurna agama seseorang.
Taqiyah merupakan tindakan menyembunyikan kebenaran dan menutupi keyakinannya dari orang-orang yang berbeda dengan Syiah. Tujuannya untuk menjaga dari marabahaya yang bisa saja menghampiri masalah harta, kekuasaan, dan juga aqidah.Taqiyah ini kemudian posisinya seperti Sholat. Jika dilanggar maka pelakunya berdosa dan jatuh menjadi kafir. Tidak melakukan Taqiyah, berarti belum sempurna agama seseorang.
5.
Roj'ah
Konsep roj’ah merupakan suatu doktrin tersendiri bagi masyarakat Syiah. Roj’ah berarti kembali atau pulang. Mereka meyakini imam mereka akan kembali turun ke muka bumi, untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di bumi. Sebagaimana kita tahu, bahwa Imam Mahdi yang merupakan keturunan dari imam mereka hingga hari ini dinanti.
Konsep roj’ah merupakan suatu doktrin tersendiri bagi masyarakat Syiah. Roj’ah berarti kembali atau pulang. Mereka meyakini imam mereka akan kembali turun ke muka bumi, untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di bumi. Sebagaimana kita tahu, bahwa Imam Mahdi yang merupakan keturunan dari imam mereka hingga hari ini dinanti.
6.
Nikah
Mut'ah
Ringkasnya
Mut’ah adalah kawin kontrak. Sebuah pernikahan yang hanya berorientasi pada
kesenangan semata. Suami tak terbebani nafkah, tempat tinggal, dan melahirkan
ahli waris bagi si istri. Syiah mengatakan kalau nikah Mut’ah adalah halal dan
dianggap sebagai kebiasaan yang baik menjalin tali silaturahmi.
7.
Reinkarnasi
Mereka percaya bahwa arwah yang telah meninggal itu pergi ke tubuh makhluk hidup yang ada disekitarnya”.[10]
Mereka percaya bahwa arwah yang telah meninggal itu pergi ke tubuh makhluk hidup yang ada disekitarnya”.[10]
Pokok-pokok Ajaran Syi’ah Imamiyah
“Pokok-pokok ajaran Syi’ah Imamiyah terdiri lima rukun, dan biasa
disebut Ushul ad-Din. Pokok-pokok ajaran Syi’ah Imamiyah tersebut, terdiri dari
prinsip:.tauhid (keesaan Allah), kenabian, ma’ad (kebangkitan jiwa dan
tubuh pada hari kiamat), imamah (kepercayaan akan adanya Imamah yang merupakan hak Ahlul Bait), dan al-‘adl (keadilan)”.[11]
“Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah, terdiri dari
beberapa hal. Diantaranya:
a.
Meyakini seseorang dari keturunan Fathimah
(puteri Nabi) yang melancarkan pemberontakan dalam membela kebenaran, dapat
diakui sebagai imam, jika ia memiliki pengetahuan keagamaan, berakhlak mulia,
berani, dan murah hati.
b.
Mereka mengatakan bahwa siapapun dari keturunan
Ali
bin Abi Thalib dapat menjadi imam, bisa lebih dari seorang
dan bahkan tidak ada sama sekali.
c.
Jabatan
imam dapat dikukuhkan berdasarkan kemampuan dalam memimpin dan dapat juga
berdasarkan latar belakang pendidikan.
d.
Ajaran Syi’ah Zaidiyah mengenai kepemimpinan Khulafa
al-Rasyidin, mengakui kekhalifahan Abu Bakr, Umar dan Utsman pada awal masa
pemerintahannya, meskipun Ali
bin Abi thalib dinilainya sebagai sahabat yang paling mulia.
Dalam kaitan ini, terdapat konsep Syi’ah
Zaidiyah
yang berbunyi : جواز امامة المفضول مع وجود الأفضل
. Yang dimaksud dengan المفضول adalah Abu Bakar,
‘Umar dan ‘Usman. Sedangkan yang dimaksud dengan الأفضل
ialah Ali bin Abi Thalib.
e.
Dalam ajaran Syi’ah Zaidiyah, tidak mengakui
paham Ishmah, yaitu keyakinan bahwa para imam dijamin oleh Allah dari
perbuatan salah, lupa dan dosa.
f.
Mereka juga menolak paham rajaah (seorang
imam akan muncul sesudah bersembunyi atau mati), paham mahdiyah (seorang
imam yang bergelar
al-Mahdi akan muncul untuk mengambangkan keadilan dan memusnahkan kebatilan),
dan paham taqiyah (sikap kehati-hatian dengan menyembunyikan identitas
di depan lawan).
Dari
segi ushul atau prinsip-prinsip umum Islam, ajaran Syi’ah Zaidiyah
mengikuti jalan yang dekat dengan paham Mu’tazilah atau paham rasionalis.
Adapun
dari segi furu’ atau masalah hukum dan lembaga-lembaganya, mereka
menerapkan fikih Hanafi (salah satu mazhab fikih dari golongan Sunni). Karenanya,
dalam hal nikah mut’ah mereka mengharamkannya, meskipun pada awal
Islam nikah itu pernah dibolehkan namun telah dibatalkan.
Dewasa ini, fikih Syi’ah Zaidiyah termasuk
fikih yang diajarkan di Universitas al-Azhar”.[12]
E.
Tokoh-tokoh
Ajaran Syi’ah
Dalam
pertimbangan Syi’ah, selain terdapat tokoh-tokoh populer seperti ‘Ali bin Abi
Thalib, Hasan bin ‘Ali, Husain bin ‘Ali, terdapat pula dua tokoh Ahlulbait yang
mempunyai pengaruh dan andil yang besar dalam pengembangan paham Syi’ah, yaitu
Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin dan Ja’far al-Shadiq. Kedua tokoh ini
dikenal sebagai orang-orang besar pada zamannya.
Pemikiran Ja’far al-Shadiq bahkan dianggap
sebagai cikal bakal ilmu fiqh dan ushul fiqh, karena keempat tokoh utama fiqh
Islam, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin
Hanbal, secara langsung atau tidak langsung pernah menimba ilmu darinya.
Adapun Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal abidin
terkenal ahli di bidang tafsir dan fiqh. Pada usia yang relatif muda, Zaid bin
‘Ali telah dikenal sebagai salah seorang tokoh Ahlulbait yang menonjol. Salah
satu karya yang ia hasilkan adalah kitab al-Majmû’ (Himpunan/Kumpulan) dalam
bidang fiqh. Juga karya lainnya mengenai tafsir, fiqh, imamah, dan haji.
Selain dua tokoh di atas, terdapat pula
beberapa tokoh Syi’ah, di antaranya:
a.
Nashr bin Muhazimb.
b.
Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa al-Asy’ari
c.
Ahmad bin Abi ‘Abdillah al-Barqi
d.
Ibrahim bin Hilal al-Tsaqafi
e.
Muhammad bin Hasan bin Furukh al-Shaffar.
f.
Muhammad bin Mas’ud al-‘Ayasyi al-Samarqandi
g.
Ali bin Babawaeh al-Qomih. Syaikhul Masyayik
h.
Muhammad al-Kulaini
i.
Ibn ‘Aqil al-‘Ummani
j.
Muhammad bin Hamam al-Iskafi
k.
Muhammad bin ‘Umar al-Kasyil.
l.
Ibn Qawlawaeh al-Qomi
m.
Ayatullah Ruhullah Khomeini
n.
Al-‘Allamah Sayyid Muhammad Husain
al-Thabathaba’i
o.
Sayyid Husseyn Fadhlullah
p.
Murtadha Muthahhari
q.
‘Ali Syari’ati
r.
Jalaluddin Rakhmat
s.
Hasan Abu Ammar”.[13]
BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Syi’ah adalah salah satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa ‘Ali bin abi thalib
dan keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat setelah
Nabi Muhammad saw.
Doktrin-doktrin yang diyakini para
pengikut Syi’ah secara garis besar ada 11 macam, yaitu konsepsi tentang
Ahlulbait, al-badâ’, asyura, imamah, ‘ishmah, mahdawiyah, marjâ’iyah atau
wilâyah al-faqîh, raj’ah, taqiyah, tawassul, dan tawallî dan tabarrî, yang
dalam banyak hal memiliki perbedaan (pemahaman) dengan kalangan Sunni. Dalam
Syi’ah terdapat berbagai macam sekte/kelompok yang memiliki perbedaan satu sama
lain dalam memandang ajaran-ajaran, dan juga banyak tokoh tokoh yang bahkan
belum ditulis di makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Hasyimi,
Muhammad, Dr. Hakikat Akidah Syi’ah. Jakarta: Bulan Bintang, 1989.
Muneim,
Abdul, Dr, Al Syeikh. Sejarah dan Dokumen Syi’ah: Yayasan Alumni Timur Tengah: 1998.
Al Habsy,
Hesein. Sunnah-Syi’ah Dalam Ukhuwah Islamiyah. Yayasan Al kautsar
Rasyidi,
Prof.Dr.H.M. Apa Itu Syi’ah. Harian Umum Pelita
http://www.referensimakalah.com/2011/12/pokok-pokok-ajaran-syiah-imamiyah_1937.html
http://elangjawa-hidup.blogspot.com/2010/06/pengertian-sejarah-tokoh-ajaran-dan.html
[1]
Al-Syeikh dan Dr. Abdul Mun’eim Al-Nemr, terjemahan oleh yayasan alumni timur
tengah, 1988., hal 34.
[2] file:///C:/Users/Rahmi/Documents/download/ALIRAN-SYIAH.htm
[3]
Al-Syeikh dan Dr. Abdul Mun’eim Al-Nemr, terjemahan oleh yayasan alumni timur
tengah, 1988., hal 34.
[4] file:///C:/Users/Rahmi/Documents/download/ALIRAN-SYIAH.htm
[5]
Ibid 35
[6]
Muhammad al-hasyimi, Hakikat Akidah Syi’ah, hal 6-7
[7]
Diambil darI buku apa itu syiah? Hal 11-12
[8]
Hakikat akidah syi’ah hal 18-28
[9]
Diambil dari buku apa itu syi’ah?
[10]
Diambil dari buku apa itu syi’ah?
[11] http://www.referensimakalah.com/2011/12/pokok-pokok-ajaran-syiah-imamiyah_1937.html
[12] http://www.referensimakalah.com/2012/07/pokok-pokok-ajaran-syiah-zaidiyah.html
[13] http://elangjawa-hidup.blogspot.com/2010/06/pengertian-sejarah-tokoh-ajaran-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar