Senin, 08 Juni 2015

linguistik- Variasi Bahasa

PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
       Ilmuan Islam sejak dini telah mencurahkan perhatian sangat besar terhadap pemeliharaan al-Qu’ran agar terhindar dari distorsi, baik bacaan maupun makna. Diantara upaya yang mereka lakukan adalah medeskripsikan makhraj dan sifat bunyi-bunyi al-Qur’an dengan sangat detail, melebihi deskripsi yang dilakukan ilmuan lain sampai sekarang. Ilmu bunyi al-Qur’an tersebut mereka populerkan dengan nama ilmu tajwid dan ilmu qiraat.
       Linguis arab juga tidak ketinggalan dalam pengkajian bunyi. Khalil bin Ahmad menyusun sebuah kamus bahasa Arab yang entrinya disusun berdasarkan makhraj bunyi yang terjauh ditenggorokan.
       Dipihak lain, Ibnu Jinni dalam bukunya Sirr Ash-Shina’at Al-I’rab, memeperkenalkan organ bicara; makhraj; sifat-sifat bunyi; vocal panjang dan pendek; dan berbagai fenomena bunyi, seperti tebal tipis qalqalah.[1]
2.      Tujuan Penulisan
a.       Pengertian makharijul huruf
b.      Mengidentifikasi tempat artikulasi konsonan
c.       Mengidentifikasi tempat artikulasi vocal
d.      Mengidentifikasi tempat artikulasi semi vocal






PEMBAHASAN
1.   Pengertian Makharijul Huruf
       Menurut ulama tajwid dan fonetik Arab, Makhraj adalah tempat tertentu disaluran udara yang mengalami pengejangan lebih keras dari yang lain dan merupakan tempat penuturan suatu konsonan.[2]
       Menurut ulama fonetik asing makhraj adalah tempat di organ bicara yang lebih menitik beratkan pada organ bicara aktif yang difungsikan akan menghambat atau menekan saluran udara ketika mengartikulasikan sebuah konsonan. Oleh sebab itu, mereka mendefinisikan makhraj itu sebagai tempat dua organ bicara yang bekerja sama, yang satu aktif dan yang satu lagi pasif.[3]

2.      Mengidentifikasi tempat artikulasi konsonan
       Konsonan adalah bunyi yang udaranya keluar dari hidung ketika diartikulasikan atau bunyi yang udaranya keluar dari samping kiri atau kanan mulut. Konsonan dapat berupa bunyi letupan, bunyi geseran, bunyi bersuara, dan bunyi tidak bersuara.[4]
       Ulama tajwid dan fonetik Arab merinci makharijul huruf menjadi sebelas makhraj konsonan, yaitu: 
a.       Konsonan bilabial ( (شفتانيّةartinya dua bibir terdiri atas  ,م ,وdan ب    
Bibir bawah bekerja sama dengan bibir atas untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.
b.      Konsonan labio-dental (شفويّة أسنانيّة) terdiri atas   ف
Labio artinya bibir, sedangkan dental artinya gigi. Bibir bawah bekerja sama dengan gigi atas untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.
c.       Konsonan apiko-interdental (طرف اللّسان و بين اللأسنانيّة) yang terdiri atas ذ,ظ  dan ث
Apiko artinya ujung lidah, interdental artinya antara dua gigi. Ujung lidah bekerja sama dengan tengah-tengah gigi untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.
d.      Konsonan apiko-dental (طرف اللّسان و أصول الأنسان) terdiri atas  ن ,ط ,د ,ض ,لdanت 
Dental artinya gigi. Ujung lidah bekerja sama dengan gigi atas untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.
e.       Konsonan apiko-alveolar (طرف اللسان و اللّثة) terdiri atas ز ,ص , س dan ر
Alveolar artinya gusi. Ujung lidah bekerjasama dengan gusi untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.
f.       Konsonan apiko-palatal (طرف اللسان والحنك الصلبي) terdiri atasش  dan  ج
Palatal artinya langit-langit keras. Ujung lidah bekerjasama dengan langit-langit keras untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.
g.      Konsonan mediopalatal (وسط اللسان والحنك الصلبي) terdiri atas ي
Medio berarti tengah lidah. Bagian tengah lidah bekerjasama dengan langit-langit keras untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.
h.      Konsonan dorso-velar (مؤخر اللسان والحنك اللين) terdiri atasغ ,خ  dan ك
Dorso berarti bagian belakang lidah, sedangkan velar berarti langit-langit lunak. Bagian belakang lidah bekerjasama dengan langit-langit lunak untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.
i.        Konsonan dorso-uvular (مؤخر اللسان واللهاة) terdiri atas ق   
Uvular artinya tekak atau anak lidah. Bagian belakang lidah bekerjasama dengan anak lidah untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.
j.        Konsonan faringal (الحلقية) terdiri atasع  dan ح
Faringal berarti tenggorokan. Bagian belakang lidah bekerjasama dengan tengorokan untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.
k.      Konsonan glotal (الحنجرية) terdiri atas ء dan  ه
Glotal berarti kerongkongan. Pita suara kanan bekerjasama dengan pita suara kiri untuk menghambat udara yang datang dari paru-paru.[5]

3.      Mengidentifikasi tempat artikulasi vocal
       Vokal adalah termasuk bunyi yang bersuara, yang terjadi dengan penerobosan terhadap klep pita suara melalui tekanan, sedangkan dalam pembentukkannya, udara yang datang dari paru-paru tidak mendapat hambatan di kerongkongan dan rongga mulut dan tidak mendapatkan penyempitan di saluran udara yang mengakibatkan adanya geseran. Vokal dalam bahasa Arab adalah fathah (a), kasrah (i) dan dhammah (u). [6]
       Enam vokal Arab dapat dideskripsikan sesuai dengan standar vokal yang dibuat oleh Daniel Jones sebagai berikut.
1)      Kasrah pendek           =/depan/tinggi/melebar/pendek/
2)      Kasrah panjang          =/depan/tinggi/melebar/panjang/
3)      Fathah pendek           =/depan/rendah/netral/pendek/
4)      Fathah panjang           =/depan/rendah/netral/panjang/
5)      Dhammah pendek      =/belakang/tinggi/membulat/pendek/
6)      Dhammah panjang     =/belakang/tinggi/membulat/panjang/

1)      vokal I
       vokal ini dibentuk dengan menaikkan bagian depan lidah kearah langit-langit setinggi mungkin, dengan catatan bahwa udara yang keluar tidak sampai menghasilkan bunyi aspirasi yang jelas. Dengan kata lain, apabila lidah naik sedikit lagi, maka tempat keluar udara akan menjadi sempit sehingga akan menghasilkan bunyi y. vokal ini menghasilkan sebuah bunyi yang diberi lambang i.  vokal ini dideskripsikan dengan /depan/tinggi/membentang/pendek/.
2)      vokal II
       vocal ini dibentuk seperti vokal I. meskipun begitu tetapi ada perbedaannya. Pada vokal I, waktu menurunkannya pendek; sementara pada vokal II, waktu menurunkannya dua kali lebih lama dari pada menurunkan vocal II,  waktu menuturkannya dua kali lebih lama daripada menuturkan vocal I. vocal ini dideskripsikan dengan /depan/tinggi/membentang/panjang/.
3)      vokal III
       vokal ini dibentuk dengan menurunkan bagian depan lidah ke arah dasar mulut serendah mungkin, sedangkan bibir berada dalam posisi netral.  vokal ini menghasilkan vokal yang diberi lambang a dan dideskripsikan dengan /depan/rendah/netral/.
4)      Vokal IV
Vocal ini dapat dibentuk seperti vocal III. Pada vocal III, waktu menuturkannya pendek;sementara vocal IV, waktu menuturkannya dua kali lebih lama. Vokal ini dideskripsikan dengan /depan/rendah/netral/panjang/.
5)      Vocal V
       Vocal ini dibentuk dengan menaikan bagian belakang lidah ke arah langit-langit setinggi mungkin, dengan catatan udara yang keluar tidak sampai menghasilkan bunyi aspirasi yang jelas. Vocal ini menghasilkan bunyi yang diberi lambang u dan dideskripsikan dengan /belakang/tinggi/membulat/.
6)      Vocal VI
Vocal ini dibentuk seperti vocal V. pada vocal v, waktu menuturkannya pendek; sementara vocal VI waktu menuturkannya lebih lama daripada menuturkan vocal V. vocal ini dideskripsikan dengan /belakang/tinggi/membulat/panjang/.[7]

4.   Mengidentifikasi tempat artikulasi semivocal
Semivocal adalah bunyi yang ketika hendak dituturkan, organ bicara telah mengambil posisi seperti hendak menuturkan sebuah vocal tertentu, kemudian dengan cepat organ bicara tersebut mengubah posisi seperti akan menuturkan sebuah vocal lain, realitanya bunyi yang lahir bukan yang pertama dan bukan  yang kedua, tetapi bunyi yang lain.[8]
Mengingat cara menuturkannya yang mirip dengan penuturan vokal, maka ulama memberinya nama dengan semivokal (و-ي)  termasuk konsonan, dimana dia mempunyai makhraj yang merupakan titik penghambatan terhadap arus udara yang datang dari paru-paru.[9]
Berikut ini deskripsi dari dua semivokal dalam bahasa Arab:
1)    Waw (و)
Untuk memproduksi semivokal ini, organ bicara mengambil posisi seperti akan menuturkan sebuah vocal (u), tetapi dalam waktu yang sangat cepat organ bicara tersebut mengubah posisi seolah-olah hendak menuturkan vocal lain (a).
Saluran udara ke rongga hidung tertutup sehingga semua udara keluar dari rongga mulut. Oleh karena itu, semivokal ini dideskripsikan dengan: /bilabial/semivokal/bersuara.
Sebagian ulama mengatakan bahwa organ bicara yang  bekerja sama menghambat udara yang datang dari paru-paru adalah pangkal lidah naik kelangit-langit lunak, mirip seperti menuturkan kha, ghain, dan kaf. oleh sebab itu, semivokal ini dideskripsikan dengan: /dorsovelar/semivokal/bersuara/.
2)      Ya (ي)
Untuk memproduk semivokal ini, organ bicara mengambil posisi seperti akan menuturkan sebuah vocal (i), tetapi dalam waktu yang sangat cepat organ bicara tersebut mengubah posisi seolah-olah hendak menuturkan sebuah vocal lain (a) .
Saluran udara ke rongga hidung tertutup sehingga semua udara keluar dari rongga mulut. Oleh karena itu, semivokal ini dideskripsikan dengan: /mediopalata/semivokal/bersuara/.

SIMPULAN
1)      Makharijul huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf. Sedangkan Makhraj adalah tempat di organ bicara yang lebih menitik beratkan pada organ bicara aktif yang difungsikan akan menghambat atau menekan saluran udara ketika mengartikulasikan sebuah konsonan. Oleh sebab itu, mereka mendefinisikan makhraj itu sebagai tempat dua organ bicara yang bekerja sama, yang satu aktif dan yang satu lagi pasif.
2)   Konsonan adalah bunyi yang udaranya keluar dari hidung ketika diartikulasikan atau bunyi yang udaranya keluar dari samping kiri atau kanan mulut. Konsonan dapat berupa bunyi letupan, bunyi geseran, bunyi bersuara, dan bunyi tidak bersuara.
3)      Vokal adalah termasuk bunyi yang bersuara, yang terjadi dengan penerobosan terhadap klep pita suara melalui tekanan, sedangkan dalam pembentukkannya, udara yang datang dari paru-paru tidak mendapat hambatan di kerongkongan dan rongga mulut dan tidak mendapatkan penyempitan di saluran udara yang mengakibatkan adanya geseran.
4)      Semivocal adalah bunyi yang ketika hendak dituturkan, organ bicara telah mengambil posisi seperti hendak menuturkan sebuah vocal tertentu, kemudian dengan cepat organ bicara tersebut mengubah posisi seperti akan menuturkan sebuah vocal lain, realitanya bunyi yang lahir bukan yang pertama dan bukan  yang kedua, tetapi bunyi yang lain.





DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Sayuti, Ahmad. Fonetik & fonologi Alquran. Jakarta: AMZAH, 2012
Sayuti, Ahmad. Bunyi Bahasa. Jakarta: AMZAH, 2010






[1] Dr. Ahmad Sayuti Ansari Nasution, M. A, “Fonetik & Fonologi Al-Qur’an”, Jakarta: AMZAH, 2012, Hlm. 4
[2] Dr. Ahmad Sayuti Ansari Nasution, M. A, “Bunyi Bahasa”, Jakarta: AMZAH, 2012, hlm.
[3] Dr. Ahmad Sayuti Ansari Nasution, M. A, “Fonetik & Fonologi Al-Qur’an”, Jakarta: AMZAH, 2012, hlm. 21
[4] Dr. Ahmad Sayuti Ansari Nasution, M. A, “Fonetik & Fonologi Alquran”, hlm. 42
[5] Dr. Ahmad Sayuti Ansari Nasution, M. A, “Fonetik & Fonologi Alquran”, hlm.23-25
[6] Dr. Ahmad Sayuti Ansari Nasution, M. A, “Bunyi Bahasa”, Jakarta: AMZAH, 2012, hlm 65
[7] Dr. Ahmad Sayuti Ansari Nasution, M. A, “Fonetik & Fonologi Alquran”, hlm. 39-41
[8] Dr. Ahmad Sayuti Ansari Nasution, M. A, “Bunyi Bahasa”, Jakarta: AMZAH, 2012, hlm 66
[9] Dr. Ahmad Sayuti Ansari Nasution, M. A, “Bunyi Bahasa”, Jakarta: AMZAH, 2012, hlm 106

Tidak ada komentar:

Posting Komentar