Senin, 08 Juni 2015

tokoh kaligrafi nasional dan internasional

Tokoh Kaligrafi Nasional
1.      HM. Faiz Abdul Razaq
Description: mushaf istiqlal
Karya anak bangsa yang dikagumi dunia
            Mushaf Istiqlal yang dibuat HM. Faiz Abdul Razaq diyakini banyak orang sebagai mushaf terindah di dunia. Dia dilahirkan di desa Lengkong Ulama Tangerang Prov. Banten pada 11 November 1938. Muhammad Faiz menekuni khat sejak usia dini. Dia Putra dari seorang pioneer khat di Indonesia, KH. M. Abdul Razzaq (alm). Dari beliaulah dirinya belajar. Sejak usia 15 tahun Faiz sudah membantu sang abah menulis kitab-kitab berbahasa Arab atau tulisan Arab bahasa Melayu, Sunda, Jawa dan Madura (tulisan pego/Melayu Arab).
2.      Didin Sirojuddin Abdul Rozaq
            Didin Sirojuddin Abdul Rozaq lahir di Desa Karangtawang, Kuningan, Jawa Barat, 15 Juli 1957. Ayahnya, H. Abdur Rahman adalah mantri kesehatan di RSU ’45 Kuningan, yang karena perjuangannya di desa, terpilih menjadi kepala desa (Kuwu) Karangtawang selama 11 tahun (1968-1979). Ayahnya H. Abdur Rahman, Surawidjaya juga kepala desa di daerah pegunungan Cipakem selama 30 tahun. Selain mendirikan Pondok Pesantren Al-Abshori, H. Abdur Rahman juga termasuk pelopor berdirinya Madrasah Tsanawiyah Karangtawang bersama guru kesayangannya Kyai Abdullah. Ibunya, Hj. Sukrinah, datang dari keluarga pesantren tua dan terbesar di Kabupaten Kuningan, yaitu Pondok Pesantren Raudlatul Thalibin pimpian KH. Uci Syarifuddin di desa Lengkong bersebelahan desa Karangtawang. Perintis pesantren ini, Hasan Maolani, yang dikenal dengan sebutan eyang Minado, adalah waliyullah pejuang kemerdekaan RI yang dibuang Belanda ke Manado dan berjumpa dengan Pangeran Diponegoro di pembuangan sekitar tahun 1830-an

Tokoh Kaligrafi Internasional
Description: profil tokoh kaligrafi islamBerkembangnya kaligrafi hingga menjadi kesenian Islam yang mendunia tidak terlepas dari kiprah kaligrafer-kaligrafer handal di masa lalu.  Merekalah tokoh-tokoh yang mendedikasikan seumur hidupnya dalam mempelajari dan mengajarkan seni kaligrafi Islam di dunia Islam. Sebagian karya-karya mereka masih dapat kita jumpai dalam berbagai literatur dan referensi kaligrafi Arab. Peran serta mereka dalam perkembangan dan pelestarian seni kaligrafi Islam tak dapat dipisahkan dari sejarah kaligrafi Islam itu sendiri. Kontribusi nyata dari perjuangan mereka masih dapat kita nikmati hingga saat ini.
Sejumlah nama terus dikagumi dan ikut mendunia bersama kaligrafi yang mereka lahirkan. Diantara seniman-seniman aksara itu adalah Ibnu Muqlah, Ibnu Bawwab, Yaqut Al musta’simi, Hamdullah (Ibn Syaikh), Hafidh Ustman, Musthafa Al- Raqim, Hamid Al-Amidi, dan Hasyim Muhammad Al-Bagdadi. Dan tokoh lainnya adalah:
1.      Mohamed Zakaria
            REPUBLIKA.CO.ID,  Suatu hari, di bulan Ramadhan,  Pelabuhan Casablanca, Maroko riuh  dengan aktivitas pelayaran. Ada kapal yang melepas sauh, sebagian lain merapat. Sebuah kapal barang yang sudah uzur berbendera Yugoslavia  baru tiba di Casablanca setelah berlayar dari Amerika Serikat (AS).
            Dalam kapal itulah Mohamed Zakariya  — yang kelak menjadi salah satu kaligrafer ternama  di dunia –   memulai perjalanannya mencari arti hidup yang hakiki.  Begitu menapakkan kakinya di negeri Maghribi itu, Zakariya yang waktu itu baru berusia 19 tahun, langsung tersirap atmosfer Ramadhan.
            Begitu tiba di Maroko, ia melihat seorang lelaki tua berjubah dengan sorban kuning cerah sedang melintas di pelabuhan. ‘’ Seketika, Anda akan merasakan bahwa di sana semuanya sangat berbeda,’’ ujar Zakariya kepada sebuah majalah terbitan AS, beberapa waktu lalu.
2.      Hafiz Ustman (Ustman ibnu Ali)
Berjuluk Al-Hafiz karena telah menghafal Alquran sejak masih muda. Kepandaian kaligrafer yang menekuni gaya Khath Tsuluts dan Naskhi ini tampak dalam karyanya yang berjudul Hiliyah (sebuah deskripsi tentang Nabi Muhammad). Selain itu, ia berhasil menulis 25 mushaf Alquran yang inskripsinya tersebar di seluruh Istanbul.
3.      Musthafa Al-Raqim
Bakat menulisnya telah nampak sejak ia masih kecil. Ia mempelajari Khath Naskhi dan Tsuluts dari kakeknya dan menjadi penulis Kesultanan Utsmani pada masa pemerintahan Salim III. Kemudian ia diangkat sebagai Kepala Departemen Seni Lukis Kesultanan.

Selain itu, Al-Raqim juga menjadi guru Sultan Salim II dan Mahmud II. Kepandaiannya membuat seorang kaligrafer menulis tentangnya, “Ketika orang Barat bangga dengan Raphael dan Michaelangelo sebagai pelukis, kita seharusnya bangga dengan Al-Raqim sebagai kaligrafer yang jenius.”
4.      Hamid Al-Amidi
Kaligrafer yang menetap di Istambul sejak usia 15 tahun dan belajar tentang hukum-hukum kaligrafi dan cabang seni lainnya. Dialah penulis kaligrafi pada dinding-dinding beberapa gedung terkenal dan penting di Istambul.
Enam bulan sebelum ia wafat, Pusat Penelitian Sejarah dan Seni di Turki mengadakan pemutaran film dokumenter berjudul “Hamid Al-Khattath” atau “”Hamid Sang Kaligrafer” yang tersebar di beberapa negara termasuk Mesir. Selain menjadi inspirator bagi kaligrafer setelahnya, Hamid Al-Amidi juga pernah memberi ijazah kepada beberapa khattath ternama. Diantaranya adalah dua ijazah kepada Hasyim Muhammad Al-Baghdadi (pada 1950 dan 1952).
5.      Hasyim Muhammad Al-Bagdad
Dilahirkan di Baghdad pada 1917, Hasyim telah mempelajari kaligrafi sejak usia remaja. Usai memperoleh gelar Diploma dari Mulla 'Ali Al-Fadli pada tahun 1943, ia meneruskan studinya di Royal Institute of Calligraphy Kairo dan lulus pada 1944. Di tahun yang sama, ia memperoleh ijazah dari dua kaligrafer terkenal, Sayyid Ibrahim dan Muhammad Husni.
Seorang kaligrafer ternama lainnya, Hamid Al-Amidi, pada 1952 mengukuhkan Hasyim Muhammad Al-Baghdadi sebagai penulis khath terbaik di dunia Islam. Hasyim yang pernah menerbitkan buku tentang gaya penulisan Al-Riq’ah pada tahun 1946 juga dikenal sebagai penulis khath terbaik dalam gaya Tsuluts.
Tahun 1960, Hasyim dinobatkan sebagai pen-tashih kaligrafi Arab di Institute of Fine Art di Baghdad, lalu sebagai Ketua Bahgian Dekorasi Islam dan kaligrafi Arab. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada 1973, setahun setelah menerbitkan sebuah buku koleksi khath miliknya berjudul "Kaidah Penulisan Khath Arab".
6.      Ibnu Muqlah
Kaligrafier yang lahir pada 887 M ini merupakan seorang wazir (menteri) pada masa Khilafah Abbasiyah. Kemampuan kaligrafinya ia dapatkan atas bimbingan Al-Ahwal Al-Muharrir. Karena kemahirannya dalam menulis kaligrafi, Ibnu Muqlah dikenal sebagai “Imam Al-Khaththathin” atau “Bapak para Kaligrafer.”
7.      Salah satu keberhasilan Ibnu Muqlah dalam kaligrafi adalah dalam mengangkat gaya tulis Naskhi menjadi Khath Kufi, selain juga menekuni Khath Tsulus. Sumbangan Ibnu Muqlah dalam dunia kaligrafi bukan pada penemuan gaya melainkan dalam hal pemakaian kaidah-kaidah sistematis, terutama untuk Khath Naskhi.
8.      Ibnu Bawwab
Merupakan putra seorang penjaga pintu istana di Baghdad yang menghafal Alquran dan menuliskanya dalam 64 eksemplar. Salah satunya ia tulis dengan gaya Raihani dan disimpan di sebuah masjid di Istambul. Dialah penemu dan pengembang gaya khath Raihani dan Muhaqqah, serta salah satu penerus gaya Naskhi yang diusung Ibnu Muqlah.
9.      Yaqut Al-Musta’simi
Seorang kepala perpustakaan Al-Mistan Syiriyah di Baghdad yang memiliki julukan Jamaluddin dan akrab disapa Abu Durra atau Abu Al-majid. Kaligrafer yang juga penyair ini mengembangkan metode baru penulisan huruf arab serta memelopori penulisan menggunakan bambu yang dipotong miring sebagai pena.
Yaqut dikenal melalui filsafatnya tentang kaligrafi, “Al-khaththu handasatun ruhaniyyatun dhaharat bi alatin jasmaniyyatin (Kaligrafi adalah geometri spiritual yang diekspresikan melalui alat jasmani).” Berkat kelihaiannya, gaya Khath Tsuluts berkembang menjadi bentuk ornamental yang dekoratif.
10.  Ibnu Syekh (Syekh Hamdullah Al-Amasi)
Merupakan salah satu maestro kaligrafi terbesar sepanjang sejarah Utsmani dan menjadi kiblat para kaligrafier-kaligrafier pada masa itu. Pada zamannya, Sultan Bayazid II (Sultan Utsmani yang memerintah pada 1481-1512 M) belajar kaligrafi padanya. Dan karya-karya yang ditinggalkannya menjadi ‘rumus’ bagi pengembangan penulisan khath selanjutnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar